Personal

WHAT YOU EXPECT FROM RAMADHAN? [BAHASA]

Dulu biasanya saya memenuhi diri dengan berbagai target di Bulan Ramadhan, seperti target mengaji 1 juz dalam sehari supaya bisa khatam dalam satu bulan. Shalat tarawih ingin bisa dilakukan selama 30 hari penuh, dan ada satu waktu saking saya ingin ibadah puasa saya ga bolong, saya pernah minum pil hormon supaya mens saya bisa bergeser tanggal ke setelah Lebaran karena waktu itu jadwal bulanan saya akan jatuh di 10 hari terakhir. Tetapi selang beberapa hari saya nyerah dan membiarkan tamu bulanan datang secara alami karena saya ga tahan sama mood swing dan perubahan badan yang betul betul ga enak. Bukan khusyu ibadah saya malah ngerasa ga nyaman sama badan saya sendiri.

Itu cerita target target saya selama Ramadan, bisa jadi teman teman pun punya target serupa kaya saya atau malah lebih strict lagi. Punya target itu ga salah kok, artinya kita punya acuan dan tujuan yang ingin dicapai, bener gak?. Setiap tahun biasanya kalau saya evaluasi setelah Ramadhan usai dari sekian banyak target pemenuhannya hanya sekitar 50-60% (ini juga sukur sih daripada di ga sama sekali dilakuin kan). Apalagi dalam beberapa tahun terakhir setelah berkeluarga dan punya anak makin menurunlah prosentasenya, sedih sih cuma saya ingat jaga anak dan urus suami pun termasuk ibadah kalau kita lakukan li’llah dan ikhlas. Selain faktor internal salah satu kendala lain yang saya rasakan menghambat rencana ibadah adalah kesibukan pekerjaan karena saya wiraswasta, kalau istilah keren sekarang entrepreneur.

Jadi di saat teman teman pekerja memasuki waktu bagian santai tanpa beban pekerjaan, saya justru tengah sibuk sibuknya menghadapi konsumen. Bahkan teman teman saya sudah hapal kalau jadwal buka bersama dijadwalkan di tanggal-tanggal dekat Lebaran sudah dipastikan saya akan absen karena memang tidak bisa meninggalkan pekerjaan.

Kalau sedikit cerita suka dukanya Ramadhan setelah berkeluarga itu campur campur rasanya, Ramadan 4 tahun lalu saya lagi hamil muda dan masih bulak balik kamar mandi muntah. Tahun kedua anak saya masih kecil dan ga ada yang jagain sampe tahun ini pas saya udah pede dan mau nyoba ajak Freya tarawih di masjid suami membujuk supaya Tarawih aja di rumah karena masih khawatir anaknya ga akan betah di masjid karena tahu anak saya bosenan dan kata kata suami terbukti. Saya tarawih di rumah aja anak saya masih suka gangguin minta tolong ini itu padahal jelas itu bapaknya ada di sana diem (kita tarawih gantian supaya bisa jagain Freya). Tapi saya masih berharap besok lusa bisa bawa anaknya ke mesjid, atau bahkan nanti shalat Ied bareng. Semoga ya…

Tahun ini jujur saya ga punya banyak target besar dalam kaitan ibadah, saya lebih slow dan gak punya target macam macam yang terpenting ada value dan nilai lebih yang saya tambahkan dalam diri saya. Ada pertanyaan iseng mampir ke pikiran saya,

“Oke yesi tarolah kamu bisa memenuhi target kamu yang banyak itu, lalu setelahnya apa?”

Awal Ramadan ini saya dibuat  tertegun saat baca tulisan ini.

 

 

Bener juga sih…kalau ibarat digambar kurva sering pas bulan Ramadhan kurva intensitas dan kualitas ibadah kita meningkat tajam. Masuk syawal perlahan menurun dan kemudian kembali ke kebiasaan lama (tapi semoga aja kalian nggak). Bulan Ramadhan ngaji bisa setiap hari satu juz besok lusa lupa bahkan tak tersentuh Al-Qurannya. Di bulan Ramadan kita berjuang untuk mendapatkan “kemenangan” yang insha allah dengannya kita akan kembali suci seperti “terlahir kembali”. Lantas setelahnya apa yang akan kita perbuat?

Selain ibadah, hal hal kecil yang bisa menjadi dosa pun memang seperti ter-pause saat Ramadan datang tapi kemudian rasanya tak masalah kalau kita kembali melaksanakannya setelah Ramadan usai. Jadi pendeknya kita tidak melakukan hal tersebut semata mata menghormati bulan suci.

Jadi untuk tahun ini saya ganti strategi ke diri sendiri saya ingin membuat perubahan kecil dalam hidup saya tapi harus komitmen dilakukan sepanjang tahun dimulai dari bulan Ramadhan ini seperti (contoh random) mengaji satu lembar dalam sehari atau min satu ayat dalam sehari atau kalau memang gak bisa banget satu lembar dalam satu minggu. Mengusahakan membaca surat Al-Kahfi dalam satu minggu atau dalam satu bulan upayakan ada satu Jumat yang saya habiskan dengan membaca surat AlKahfi dan banyak hal kecil yang sebetulnya bisa kita lakukan untuk merubah diri secara spiritual ke arah yang lebih baik.

Selain urusan ibadah saya fikir sangat penting juga untuk menjaga hati dari urusan penyakit hati. Contoh kecil saat kita merasa lebih baik dari orang lain, ibarat kata Awkarin kita mah suci mereka semua pendosa wkwk. Apalagi sekarang di sosmed semua terpampang nyata dan godaan untuk berkomentar atau memiliki pendapat pasti selalu ada.

Sering kita ga sadar terlibat obrolan saat teman memulai membuka dengan kalimat “Eh tau ga….” and the rest is just history. Artinya kita harus lebih selektif memilih inner circle pertemanan, bukan sombong tapi waktunya aja terbatas jadi saya ingin memastikan saat saya meluangkan waktu saya yang amat berharga saya bisa hangout dengan orang yang bisa memberikan saya banyak hal positif dibanding update info terkini tentang orang yang gak saya kenal betul. Atau bisa juga kita yang membawa hawa perubahan dalam inner circle pertemanan kita ke arah yang lebih baik karena ini penting banget untuk kesehatan jiwa dan mental.

Pun begitu dengan cara pandang saya terhadap hidup, dulu saat saya dapat musibah atau cobaan respon saya cenderung marah dan lebih ke arah frustasi. Saya bingung kenapa saya harus menjalani proses semenyakitkan itu padahal saya merasa ibadah saya sudah saya maksimalkan dan saya ga berbuat salah sama orang lain (perasaan sendiri sih ini mah bisa salah juga haha).

Jika saya lihat kembali ke masa silam memang betul jawabannya sederhana

karena ALLAH sayang pada hambanya.”

Ada hal yang ingin Allah rubah darimu atau ada hal yang ingin Allah tunjukan padamu, tapi ya itu kita tidak pernah bisa memilih dengan cara seperti apa kita disadarkan, diselamatkan atau diubah untuk menjadi lebih baik. Yang bisa kita lakukan adalah menjadi sensitif dan berusaha mencari pelajaran dari apa yang kita hadapi.

 

Sometimes you win sometimes you learn and you learn to win someday.

 

Jika sekolah saja mengharuskan kita bayar iuran untuk mendapatkan pembelajaran maka hidup pun mensyaratkan pengalaman pahit untuk kita kecap atas pelajaran hidup yang akan kita terima. 

 

Setiap orang punya masanya untuk berubah, mungkin besok mungkin lusa mungkin tahun depan kita tak pernah tahu. Poin terpenting adalah kita fokus pada diri sendiri dan terus belajar memperbaiki diri. Satu hal yang mungkin saya sesali dalam hidup adalah tidak cepat belajar dan peka terhadap apa yang saya alami. Tapi di balik semuanya saya percaya kita semua punya momentum masing-masing, sering kita dihantui kalimat “kenapa tak dari dulu…” . Maka akan saya jawab sekarang karena kalau kamu berubah dari dulu tentu hasilnya tidak akan sama dengan sekarang dan pelajaran yang Allah maksudkan untuk kamu terima tidak akan bisa tersampaikan dengan sempurna.

Selamat berpuasa teman teman, semoga Ramadan kali ini menjadi momentum kita untuk berubah ke arah yang lebih baik.

Salam,