Tidak terasa ulang tahun pertama Freya sudah terlewati. 6 Desember 2015.
Satu tahun Freya sudah hadir di tengah tengah saya dan suami. It’s a wonderfull year how she change both of us. Freya lahir 6 Desember 2014 tepat saat kehamilan saya akan menginjak due date 40 minggu. Dan hadiah pertama yang bisa saya berikan kepadanya adalah lulus ASI satu tahun.
Saya ibu bekerja, sehingga tentunya saya meninggalkan anak dengan nanny selama saya bekerja. Saya harus berhadapan dengan konsekuensi pilihan saya yaitu tidak bisa melihat tumbuh kembang anak saya secara utuh. Seringkali saya tahu perkembangan anak saya lewat nanny, apakah dia sudah bisa mengucapkan kata baru atau bisa mengikuti gaya tertentu. Itu memang harga yang harus saya bayar meskipun saya sudah berusaha setengah mati untuk menyeimbangkan dua peran tersebut. Satu hal yang saya perjuangkan adalah ASI, saya ingin meskipun saya bekerja tapi anak saya bisa mendapat asupan ASI maksimal selama dia butuhkan.
Menjadi pejuang ASI ditengah suasana bekerja terkadang memang sulit, terlebih saat pekerjaan padat atau suasana kerja ramai. Kebetulan saya seorang wiraswasta, sehingga pengaturan waktu bisa lebih fleksible tapi tentu saja saya harus tetap menjaga disiplin waktu supaya pekerjaan tidak terbengkalai.
Selama satu tahun berjuang menyiapkan ASI untuk anak saya, saya belajar bahwa segala hambatan dan tantangan bisa dihadapi asalkan kita punya tekad yang kuat. Insya allah jika kita punya niat pasti selalu ada jalan. Saya kedodoran stok ASIP dan ASI saya tidak begitu berlimpah tapi alhamdulilah bisa mencukupi kebutuhan anak saya.
Salah satu pukulan yang menurut saya terberat dalam melalui 6 bulan kedua ASI eksklusif adalah persoalan berat badan. Hal ini dimulai saat saya membawa anak saya ke DSA (Dokter Spesialis Anak) baru rekomendasi teman saya yang juga melayani konsultasi ibu ibu muda yang ingin serba tahu tentang tumbuh kembang anak seperti DSA sebelumnya. Saya ga kuat antri lama karena DSA yang lama antrinya panjang banget.
Saat pertama kali diperiksa sebelum imunisasi DSA tersebut tiba tiba bilang
“Bu ini anaknya bbnya (berat badan) kurang, umur segini harusnya gak segini”
“Waduh kok bisa ya dok padahal makannya banyak dok”
“Iya bu ada yang seperti itu, kekurangan bbnya harus dibantu sama sufor ya bu”
Ziiiingggg saya langsung diem syok
“Gak ada pilihan lain gitu dok? saya masih pengen kasih ASI aja sampe setahun ga mau campur dulu. Mungkin nanti abis setahun saya kasih minum susu uht untuk membantu”
“Bisa aja bu, tapi anaknya gizinya kurang baik bu. Ya udah saya tambahin minum kalsium ya bu untuk membantu”
“Oke dok, makasi”
Dari percakapan awkward itu bener bener saya syok tingkat dewa. Langsung galau, saya takut keinginan saya kasih ASI eksklusif malah membawa pengaruh buruk. Tapi saya kembali berpikir bahwa Allah telah mendesain seluruh semesta sedemikian rupa begitu pula manusia. Apa yang telah dimaksudkan untuk kita tentu itu yang terbaik.
Segera saya konsultasi dan bertukar pikiran dengan beberapa teman sesama pejuang ASI dan tentu konselor ASI saya melalui pesan singkat. Alhamdulilah masih banyak dukungan mengalir untuk saya.
Pada dasarnya bayi ASI mungkin tidak segemuk bayi dengan susu formula (tapi ada beberapa bayi ASI yang gemuk juga sih dan bayi ASI yang malah kurus). Tapi selama grafik tinggi dan berat badan bayi di usianya masih dalam perbandingan normal it’s fine, karena bukan faktor tunggal untuk menilai bahwa anak tersebut bergizi buruk.
Saya kembali mengingat memang anak saya pembawaanya mungil padahal tidak bisa berhenti makan. Saat lahir saja di minggu ke- 40 bbnya hanya 2.75 kg. Tetapi selama ini saya perhatikan perkembangan motoriknya baik meskipun tidak masuk kategori gendut tapi tetap menggemaskan.
Akhirnya setelah mengalami syok ketemu DSA tadi saya memutuskan untuk tetap memberikan ASI tanpa campuran sufor. Bahkan konselor asi saya sempat memberikan trik
“Bu anaknya dikasi makan aja terus kalau lapar jangan dikasi susu karena peran susu sudah sebagai pendamping bukan minuman utama. Kasih aja kalau anaknya sudah ngantuk mau tidur”
Dari tahun pertama memiliki puteri saya belajar banyak untuk “survive” menjadi seorang ibu. Banyaknya informasi di era sekarang menuntut kita sebagai ibu untuk berperan aktif supaya gak ketinggalan informasi terkini soal anak. Bahkan untuk hal yang nampak sepele kaya ASI. ternyata banyak trik dan cara untuk seseorang tanpa banjir ASI untuk bisa sukses memberikan ASI. Karena bisa menyusui anak adalah anugerah yang tuhan berikan kepada kita. Banyak ibu ibu lain yang pastinya ingin memberikan hal yang sama tapi tidak bisa.
Saya berjuang keras bukan untuk selembar sertifikat virtual dari AIMI atau foto mengagumkan hasil pompa yang akan ditanyakan bagaimana cara mendapatkannya. Saya berjuang demi buah hati yang saya minta dalam doa dan sujud di setiap waktu pada tuhan. Saya ingin membekalinya dengan investasi terbaik dalam 1000 hari pertamanya di dunia,
Semoga tulisan ini sedikit banyak bisa membantu sesama ibu untuk terus berjuang apapun itu halangannya. Insya allah setiap niat baik akan tercatat. Jika tuhan berkehendak lain sudah tentu tuhan telah menyiapkan hal yang lebih baik untuk kita dan pembelajaran lain untuk kita telaah. Tugas kita sesama ibu adalah selalu saling mendukung dan menjadi ibu bijak untuk anak kita.
Sekali lagi Selamat Ulang Tahun malaikat kecilku. Peluk cium mama dan daddy untuk Freya selalu.