Halo selamat datang di 2016.
Artikel ini adalah postingan pertama saya di tahun 2016, dan sebagai janji kepada diri sendiri saya berkomitmen untuk menulis rutin di blog untuk ke depannya. Bisa jadi blog ini adalah diary virtual saya yang berisi berbagai hal yang ingin saya bagi kepada teman pembaca. Jadi semoga saja bisa memberikan suasana baru setiap minggunya.
Di awal 2016 saya mengalamai berbagai perubahan besar sekaligus, yang kemudian memberikan saya banyak cara pandang baru dalam hidup.
Pertama saya pindahan rumah.
Ternyata pindahan itu bukan perkara mudah. Untuk kami saja keluarga kecil dengan komposisi satu anak barang-barang sudah bikin sakit kepala bagaimana mengaturnya. Kemudian saya coba untuk memilah barang barang yang penting dan mulai menyimpan dan beberapa saya berikan kepada orang lain supaya barang barang kami bertiga bisa muat di tempat baru. Di balik semua hiruk pikuk proses pindahan saya tersadarkan satu hal bahwasanya dalam hidup pun ada proses yang sama seperti pindahan rumah. When we are moving into new self kita memilah memory masa lalu mana yang ingin kita simpan dan mana yang ingin kita kunci dalam box tanpa teringat kembali dan fokus pada masa depan yang akan kita jelang.
Kedua pengasuh freya berhenti.
Sebagai ibu bekerja tentu serasa mimpi buruk ditinggal pengasuh, terlebih jika terjadi dadakan dan saat kita mau pindah. Beberapa hari saya kelabakan mengatur siapa yang akan saya titipi freya saat saya pergi kerja. Beruntung dalam waktu singkat saya mendapatkan asisten baru Tentu saya harus memulai training dari nol akan kebiasaan freya. Termasuk saat pengasuh baru masih sangat muda sehingga anak saya belum mau ditinggal berdua. Beruntung saya dibantu asisten rumah tangga di rumah untuk menjaga anak saya jika saya pergi.
Saya merenung kembali saat saya mulai menghandle semua keperluan freya sendiri. Mungkin ini teguran tuhan kepada saya sebagai ibu bahwa seyogyanya sayalah yang harus paling ahli dan paling tahu mengenai anak saya. Maka saya coba hadapi semua dengan kepala dingin, meskipun saya lebih cape tapi saya bersyukur bahwa anak saya tetap memilih ibunya sebagai pilihan pertama untuk menemaninya.
Anak saya sakit
Saat saya masih berusaha juggling dengan berbagai perubahan dalam hidup saya. Tuhan mengirimkan ujian sakit untuk anak saya. Saat sore sepulang dr rumah ibu saya, tiba-tiba anak saya demam tinggi. Ini pertama kalinya anak saya demam sampai tidak bisa tidur semalaman. Dulu tidak terbayang bagaimana orang tua yang punya anak balita waswas dan cape menghadapi anak demam. Beruntung suami saya adalah typical papa yang ikut aktif dalam membesarkan anak. Saat malam saya sudah lelah suami selalu menawarkan membantu mengurus anak kami. Di saat yang sama saya merasa ditegur bahwa seyogyanya sayalah yang mengurus semua keperluan anak saya sesuai posisi saya di rumah. Selama ini mungkin saya terlalu terlena memberikan pengasuhan kepada pengasuh lama. Saya masih bersyukur tuhan mencabut kenikmatan saya saat ini untuk membangunkan saya supaya bisa berubah menjadi ibu yang lebih baik tidak 5 tahun kemudian atau bahkan 10 tahun. Saya berjanji lebih meluangkan waktu untuk anak saya dibanding sebelumnya.
Pada akhirnya dari berbagai kejadian yang datang bertubi tubi saya sadar satu hal.
Hidup di mulai saat kita meninggalkan zona nyaman.
Zona nyaman memang menyenangkan tapi tidak ada yang tumbuh disana.
Dan Saya memilih untuk tumbuh ????