Motherhood

Make it Two [Bahasa]

Beberapa hari lalu teman baik saya melahirkan anak keduanya, kebetulan hari ini saya pergi ke Bandung anter suami ke dokter. Cepat cepat saya minta mampir ke toko peralatan bayi untuk beli kado takutnya saya lupa kalau besok lusa saya tunda.

Kebetulan tempat toko bayi yang terhitung lengkap itu berdekatan dengan rumah sakit tempat suami saya berobat, akhirnya tak lama saya sampai di tempat itu. Saya sempat bingung pas sampai lokasi apakah pergi ke toko peralatannya atau toko mainannya (buat orang Bandung dan sekitar pasti tahu toko yang saya maksud) akhirnya saya telepon kakak saya untuk minta saran. Setelah coba telepon saya memutuskan untuk masuk ke toko peralatan daripada ke toko mainan, dalam pikiran saya kayaknya lebih banyak pilihan disini daripada mainan.

Begitu masuk saya malah belanja peralatan mandi anak saya yang buat saya langka dan dari kemarin susah dicari (maafkan aku papah nambah daftar belanjaan T.T). Sempat terbersit juga apa saya belikan juga peralatan mandi yang sama?tapi temen saya ini riwayat alerginya lumayan banyak dan anak bayi juga biasanya masih sangat sensitif akhirnya saya urungkan niatannya dan kembali hunting barang barang lain. Suami yang kala itu memang sedang tidak enak badan mulai ngomel-ngomel saat saya masih celingak celinguk cari barang barang yang kiranya sesuai untuk kado.

“Mah, cepetan sih belinya aku demam nih ga enak badannya”

Suami tahu banget kalau dia ga turun saya bisa lama banget ngubek baby shop sendirian.

Akhirnya saya menemukan kado yang sesuai untuk teman saya, saat akan berjalan buat ke kassa saya menahan suami saya.

“Eh bentar pah buat kakaknya belum aku lupa. Aku udah janji mau kasih”

“Loh kok beliin dua?kan yang lahir satu adiknya, ngapain ngasih buat kakaknya juga?”

Saya cuma tersenyum simpul karena tahu kalau saya berdebat dengan orang yang demam dan ingin segera istirahat akan percuma. Jadi saya cuma menyuruh suami untuk pergi duluan ke mobil sembari saya menyelesaikan transaksi di kasir dan memilih bungkus kado.

Teman dekat saya ini pernah bercerita lewat snapgramnya kalau menjelang persalinan anaknya mendadak jadi sakit demam pilek. Jarak antara anak pertama dan kedua memang terhitung dekat karena kehamilan kedua ini tidak direncanakan dan malah di luar dugaan. Kalau bahasa ibu ibu “kebobolan” macam pemain sepak bola dan gawang.

Saya pernah membaca ada beberapa gejala sakit yang sebetulnya bukan karena penyakit tapi stress. Pernah ga denger cerita anak yang menderita batuk selama dua tahun dan gak sembuh- sembuh, setelah periksa ke psikolog ternyata anak ini punya semacam stres di sekolah yang dia simpan sendiri. Setelah masalahnya diselesaikan ajaibnya batuknya sembuh.

Untuk anak apalagi dengan usia sangat muda orang tua terutama ibu adalah pusat dari segala kehidupan dan perhatiannya. Suka digangguin ga kalau kita lagi telpon sama anak? sebegitu posesifnya seorang anak dengan orang tuanya apalagi untuk berbagi perhatian. Fase menerima kehadiran adik baru adalah fase baru yang besar untuk anak, pasti ada kecemasan takut akan tergantikan takut akan kehadiran adik baru ini.

KIta tidak bisa mengecilkan besar kecilnya fase untuk setiap tahap kehidupan manusia. Gimana rasanya kalau saat kita stres mau lahiran anak pertama dianggap bukan hal penting oleh kakak yang sudah punya anak tiga. Begitupun dengan manusia kecil yang memanggil kita ibu, untuknya punya adik adalah pengalaman pertama. Ada banyak ketakutan yang menghinggapinya, meskipun dia masih kecil tapi selayaknya manusia dia punya perasaan dan pikiran juga bukan?

Sebisa mungkin saya sebagai bagian dari inner circle yang dekat memberikan dukungan untuk ponakan kecil saya ini (sempet kepikiran juga nanti kalau saya punya anak kedua saya mau malakin temen dekat dan keluarga untuk beliin kado untuk freya sebagai apresiasi dengan kesabaran dan kemauan dia menerima adiknya kalau ga saya paksa papanya untuk beliin dia macam macam kado haha). Saya percaya niat baik itu harus dibungkus dengan cara yang baik supaya maksudnya tersampaikan penuh.

Begitu pun dengan parenting. Saya tahu tidak pernah ada orang tua yang membedakan kasih sayangnya dari satu anak ke anak yang lain, tapi cara yang dilakukan mungkin meninggalkan kesan yang berbeda. Ada banyak cara untuk mengantisipasi persaingan antar saudara atau Sibling Rivalvy. Salah satunya ini, memberikan apresiasi untuk sang kakak yang sudah mau membuka diri membagi perhatian ibu untuk adiknya. Dengan demikian sang kakak akan merasa percaya diri bahwa dia tetap menjadi bagian dari perhatian semua orang.

Jadi kalau memang ada rejeki lebih dan bisa ga ada salahnya kita bantu teman kita untuk menciptakan situasi yang lebih baik untuk si sulung dan si adik.

Make it two 🙂

Love,

IMG_8557