Travel Diary

Bursa

Family who travel together stay together. (Yesi,2018)

Saya gak tahu dari sejak kapan mama saya hobi travelling, mungkin semenjak adik saya jadi travel addict dan menceritakan betapa serunya keliling ke negara negara impiannya. Seperti kalian tahu April lalu saya menemani mama pergi ke Turki, kota kedua setelah Istanbul yang kami kunjungi adalah Bursa. Salah satu kota tua disana. Saat hari pertama sampai di Istanbul kita mampir ke Emirgan tapi ceritanya nanti saya “bungkus” khusus di cerita Istanbul ya.

Sesampai di Bursa yang saya rasakan adalah home sick langsung kangen anak suami tapi mau telepon ga bisa karena saya sampai hotel sekitar jam 10 malam dan di Indo pasti suami sudah tidur. Setelah perjalanan hampir 24 jam dari rumah (Garut ke Bandara aja udah mau berapa jam coba kaaaan) sesampai di kamar hotel tenaga saya sudah mau habis rasanya inginnya langsung tidur saja. Maklum dari bandara saya yang urus koper dan segala macam hal teknis, mama pokonya tahu beres karena memang tujuan saya ikut untuk menemani mama. Biasanya yang urus koper dan teknis itu suami saya jadi princess jaga anak, makin makin tambah kangen suami sama anak. Tapi kemudian saya merenung I’ve been half way traveling the world to get here, kayaknya mubazir kalau saya cuma mengeluh pengen cepet pulang. Akhirnya saya menguatkan tekad untuk menikmati semua momen dan cerita selama perjalanan ini, lagi pula kapan lagi kan bisa punya quality time sama mama berdua.

Akhirnya saya bongkar koper, bersih bersih bersiap tidur dan langsung packing untuk perjalanan besok (selama 10 hari di Turki kita terus menerus pindah kota dan hotel) karena besok pagi saya harus sudah standby pagi hari untuk perjalanan selanjutnya. Seperti layaknya semua orang pada hari pertama traveling saya susah tidur. Jam 4 pagi saya bangun dan mulai bersiap saya langsung telpon  suami kala itu dengan perbedaaan 4 jam dengan Indonesia suami saya waktu itu sudah siap aktifitas sementara saya baru mau ke kamar mandi.

Singkat cerita saya langsung turun ke lobi untuk menyimpan koper dan sarapan. Saat itu pukul 6 pagi, makanan untuk sarapan kurang lebih sama dengan malam hari kita mencoba special dish turkey. Kata tour leader saya

Disini makan yang banyak ya bu supaya banyak tenaga kalau makan enak di rumah

Jadi enak ga enak ya kita coba makan banyak, makanan turki itu cenderung disajikan dingin dan mereka itu suka banget salad dengan segala macam dressing dan roti. Selama perjalanan ke negara lain selalu bawa bumbu bumbu penyedap atau sambal supaya ada “penolong” supaya lidah kita bisa lebih nyaman makan. Saat itu saya cuma bawa bon cape, beruntung di grup ada grup mamah mamah senang masak dan selalu siap sedia dengan beragam bumbu dari rumah jadi selama di Turki lidah saya terselamatkan hihi. Selesai sarapan saya cepat- cepat keluar hotel bersama mba Elvi teman perjalanan yang langsung akrab dan jadi travel buddy gantian foto. Saat melakukan perjalanan bersama ibu atau orang tua jangan pernah berharap bisa dapat foto bagus haha apalagi saat itu saya bawa lensa 35mm blurlah semua foto hasil bidikan mama. Beruntungnya setelah coba sok kenal sok dekat dengan teman teman seperjalanan banyak yang ternyata suka foto juga jadilah saya cuma bertugas foto mama selama perjalanan dan saya punya teman lain untuk minta tolong difotoin gantian.

Hunting pertama saya adalah Capturing bursa in the morning and indeed it is soooo magical…

 

Tempat pertama yang kami kunjungi saat berada di Bursa adalah Grand Mosque Bursa salah satu masjid tertua disana, lupa lupa ingat kalau harus cerita lagi soal sejarahnya dari tour guide. Begitu sampai di mesjid perasaan saya cuma satu merinding dan terharu. Bisa jadi karena tempat ini terkoneksi secara spiritual dengan saya, rasanya amat berbeda dengan saat saya mengunjungi Patung Budha Raksasa di Phuket atau saat ke Pura Uluwatu yang indah di Bali. Ada rasa yang tak bisa diungkapkan, melihat kemegahan dan kebesaran sejarah islam di negara lain yang terekam apik dalam bangunan yang masih terjaga. Bangunan mesjid ini dominan terbuat dari batu dengan desain interior dominan kayu, saat itu ada seorang petugas khusus yang sedang menggunakan vacum cleaner raksasa untuk membersihkan karpet sepanjang area mesjid.

Di tengah tengah mesjid terdapat tempat wudhu tapi pengunjung tidak diperkenankan untuk masuk dan wudhu di dalam. Begitu masuk mama saya langsung shalat tahyatul masjid. Saya cuma bergumam bagaimana perasaan saya kalau bisa liat kabah ya liat mesjid gini aja saya terharu (kebetulan memang saya belum berjodoh umrah dan haji sampai saat ini, mohon didoakan supaya segera dipanggil ya teman teman). 

Di bagian belakang ada taman tulip yang begitu indah tapi karena waktu terbatas (namanya juga tour) jadilah saya ga sempat lihat bagian belakang masjid. Dan kesalnya saat itu baterai kamera saya abis karena saya lupa charge malamnya padahal ada satu lagi tempat yang akan kita kunjungi Cumalikzik Village desa tradisional di sana. Lesson learned ya gaes ketika travel jangan pernah lupa charge atau selalu bawa batre cadangan. Akhirnya saya mengandalkan kamera teman seperjalan waktu itu untuk sisa perjalanan hari kedua.

 

 

 

 

Sebetulnya sebelum sampai ke Cumalikzik Village kami berhenti dulu di Munira tempat belanja oleh oleh, sepertinya tempat ini jadi tempat berSOP untuk setiap tour karena semua teman saya yang barengan ke Turki semuanya pasti belanja disini. Oleh oleh khas turki itu yang must have diantaranya Madu, Zaitun, Manisan dan primadonanya Saffron. Munira salah satu tempat premium kalau bisa dibilang jadi kalau saran saya beli Saffron aja disana tapi rame rame khawatirnya kalau kamu beli di Grand Bazaar kualitasnya beda dengan di toko hemat saya sih gitu beda dikit gapapa. Saffron ini putik bunga khusus yang dibiakan di Turki dan punya banyak manfaat harganya lumayan mahal.

Oke melanjutkan perjalanan kita sampai di Cumalikzik Village. Apa yang bikin heboh saya saat itu menemukan buah strawberry super duper besar dan buah buah lain khas disana. Memang ternyata disini buah strawberry lebih murah dari air minum, serta merta saya beli dan coba selama di turki setiap turun dari bus selalu ada pedagang buah strawberry layaknya pedagang buah jeruk keliling kalau di Indonesia.

Cumalikzik itu seperti potret masyarakat turki di masa lampau, bangunannya mayoritas terbuat dari batu (kayaknya selama di turki saya khatam liat bangunan batu haha). Yang lucu selama kita berkundung di desa ini saya diajak foto sama anak anak Turki buat tugas sekolahnya, agak bingung geer sih ya ini prank apa gimana but why not helping other right?. Ternyata setelah ngobrol sama teman teman yang sudah lama di Turki, buat orang Turki orang Asia khususnya Indonesia itu cantik cantik kaya kita orang Indonesia memandang kalau bule itu mayoritasnya cantik ganteng. Nah kan buat yang cari jodoh silahkan sering sering main ke Turki ya. haha

 

 

Setelahnya kita langsung bersiap untuk pindah ke kota selanjutnya. That’s my story from Bursa. Masih ada banyak cerita kota lain yang ingin saya bagi bersama kalian, tunggu ya di postingan selanjutnya.

Thanks for reading.

 

Love,

1 Comment

Comments are closed.