Mindfullness
Personal

Mindfullness Life

Saya pernah amat mengagumi perempuan lain yang punya begitu banyak koleksi barang, tertata rapi di walk in closet mereka seperti di butik ternama atau drawer yang penuh dengan koleksi makeup seperti di Sephora. Saya pun pernah merasa kagum pada orang yang saking banyaknya barang dia sampai lupa pada beberapa dan tak pernah terpakai setelah dibeli. Saya gak ngerti pikiran saya waktu itu cuma keliatannya keren aja. Kadang saya berharap bisa kaya mereka saking kagumnya.

Dulu belum zamannya online seperti sekarang, belum banyak orang yang familiar melihat barang atau display melalui online sambil rebahan. Jadinya pilihan hiburan waktu itu adalah window shopping, jalan jalan di mall atau pusat perbelanjaan dengan tujuan liat liat aja (semacam tawaf dengan sukarela), kadang ada beberapa barang yang dibeli kadang pulang dengan tangan kosong. Tapi seringnya pulang dengan tas belanjaan sih karena lebih impulsif saat melihat barang pertama kali.

Ada sedikit trik waktu itu untuk memastikan apakah barang yang ingin kita beli benar benar perlu kita beli atau tidak. Biasanya saat sedang menimang, coba pergí dulu muter mall satu dua kali atau yang lebih lama biarkan beberapa hari. Kalau masih kepikiran balik lagi ke tempatnya beli kalau nggak kepikiran yaudah skip aja.

Meskipun sudah sering melakukan trik itu tapi saya masih harus sampai pada titik punya banyak barang yang beberapa bahkan memang tidak terpakai dan akhirnya saya putuskan untuk preloved atau berikan pada saudara saat decluttering rutin. Kalau baju yang masih saya suka tapi jarang dipakai masih bisa saya simpan untuk dipikir kembali atau coba saya pakai di lain kesempatan. Tapi urusan makeup beda lagi, satu titik saya harus menghadapi dilema makeup kesayangan saya mendekati masa kadaluarsa tapi saya ga mampu menghabiskannya dalam waktu dekat tapi di lain sisi belum ikhlas untuk berpisah. Bingung gak? Akhirnya bener bener maksain diri untuk ikhlas ngasih atau pake setiap hari sampai masa kadaluarsa. Tapi aku gak bahagia pakai makeup dengan cara kaya gitu, akhirnya aku belajar tentang lebih selektif dalam berbelanja apalagi yang punya masa pakai terbatas.

Most of the time kita suka lupa apa yang kita punya dan lebih fokus pada apa yang belum kita miliki atau orang lain miliki, yang kemudian bikin diri kita merasa “kayaknya aku perlu deh punya barang itu”. Padahal nikmatin apa yang kita punya itu jauh lebih menyenangkan ketimbang membayangkan apa yang belum kita miliki.

Mindfullness

Selain karena sekarang lebih banyak baca soal financial planner dikombinasi dengan pengalaman kuräng menyenangkan saat pernah punya banyak barang yang ujungnya mubazir, aku ubah pola hidup. Salah satunya setelah baca soal gaya hidup minimalis dan mindfullness yang kayaknya sejalan dengan gaya hidup yang sedang aku upayakan untuk dijalani.

Fumio Sasaki; seorang minimalis adalah orang yang tau persis hal-hal apa saja yang bersifat pokok bagi dirinya, dan mengurangi jumlah kepemilikan barang demi memberi ruang bagi hal-hal utama itu.

Sumber nyontek teman blogger Nesa di sini

Mindfulness adalah kesadaran dan perhatian penuh terhadap apa yang terjadi dalam diri kita dan di sekitar kita, di saat ini. Kita hadir — tubuh dan pikiran — di saat ini, sadar sepenuh-penuhnya dimana kita berada dan apa yang sedang kita lakukan.

Sumber : di sini

Inti dari kedua istilah gaya hidup ini kalau diaplikasikan kurang lebih sama (koreksi kalau aku salah ya), mengatur ulang prioritas mana yang betul betul kita butuhkan dan menikmatinya secara sadar sepenuhnya. Sebelum membeli sesuatu benar benar ditanya ke diri sendiri

Beneran butuh ga barang ini?

Udah punya belum di rumah?

Kalau dibeli nanti dipakenya buat kapan? Kalau baju mix matchnya udah kebayang?

Dengan beberapa pertanyaan di atas saya lebih terbantu untuk tidak impulsif dalam berbelanja barang kebutuhan atau leisure apapun itu, apalagi sekarang basisnya online. Kita bisa lihat lebih banyak pilihan barang, pilihan harga dan bisa dibeli kapanpun kita mau, ada banyak waktu untuk menimang sebelum membeli.

Hal ini pun membantu saya untuk memangkas dana belanja jadi lebih tepat sasaran. Sisa uangnya bisa ditabung dan dialokasikan ke hal lain yang lebih urgent. Sebagai manager keluarga saya harus lebih melek financial planner supaya masa depan keluarga dan anak anak terjamin.

Idealnya kalau mengikuti orang orang dengan prinsip minimalis yang total kurang lebih begini : 

Satu barang masuk (dibeli) satu barang keluar (diberikan ke orang lain tau gimanapun caranya supaya cellar) sehingga jumlah barang yang kita miliki tetap seimbang tidak terlalu banyak.

Jujur saya belum bisa sampai ke tahap itu, masih harus melakukan banyak latihan tapi yang sedang dan selalu saya coba lakukan adalah menikmati dan menghargai betul apa yang saya miliki sekaligus benar benar selektif dan penuh pertimbangan saat akan membeli barang baru.

Untuk mengatur penggunaan makeup, skincare maupun bodycare salah satu trik yang sering saya gunakan adalah “hit the panIntinya menghabiskan dulu produk yang dimiliki sebelum membeli yang baru, biasanya salah satu tandanya saat “pan” atau dasar dari kemasan terlihat. Beberapa barang yang habis di minggu ini aku share di bawah ini.

Luxcrime

Salah satu bedak lokal favorit yang pernah aku review juga beberapa bulan salu. Superit terlihat bukan lagi hit the pan tapi beneran pannya udah keliatan sema alias amis total hihi. Setelahnya excited mencoba produk produk recomended lainnya.

Baca juga : [Review] Bedak Terviral Sejagad Tiktok : Luxcrime Blur And Cover Two Way Cake

 

Maybelline Dear Me

Produk lain yang juga kebetulan habis bersamaan dengan bedak di atas concealer kesayangan dari Maybelline. Setelahnya aku beli concealer Dear Me sehalian coba dan ingin tulis reviewnya. Tunggu reviewnya ya.

Bee Propolis Facial wash

Hal yang sama pula saya lakukan untuk skincare meskipun sedang tidak dalam masa coba coba karena pengalaman buruk sebelumnya dalam percobaan skincare. Yang masih bisa saya tolerir adalah mencoba sabun muka dan produk Bee Botanics ini jadi salah satu produk baru favorit saya, yang difoto di atas adalah botol ketiga saya dalam beberapa bulan terakhir.

Intinya, ada banyak cara dalam menjalani dan memaknai hidup. Simpulan yang saya tangkap ketelah mempelajari dan menjalani gaya hidup minimalis maupun mindfullness adalah kita mulai melepas rasa keterikatan dengan benda. Memiliki barang barang secukupnya dan sesuai keperluan, gapapa kok kalau kita masih ingin memiliki banyak barang tapi alangkah lebih baik jika kita bisa bertanggung jawab dalam mengatur dan menggunakannya, jangan sampai mubazir.

Semoga tulisan ini membantu, terima kasih sudah mampir.

Salam sayang,

petite second room

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *